Manajemen Pemasaran era Revolusi Industri
Siti Hasnah Nadhifah
17216093
4EA17
Fakultas Ekonomi
Jurusan Manajemen
2019
1.
Jelaskan secara ringkas tentang :
a) Segmentasi Pasar Global
Segmentasi pasar global didefinisikan sebagai proses mengidentifikasi
kelompok atau kumpulan pelanggan potensial pada tingkat nasional maupun sub
nasional yang kianya mempunyai persamaan tingkah laku dalam membeli.
Setelah mengidentifikasikan segmen, langkah berikutnya menetapkan target,
artinya mengevaluasi segmen & memfokuskan usaha pemasaran pada suatu Negara
atau kelompok orang yang mempunyai respon potensial yang signifikan.
Akhirnya perushaan harus merencanakan cara untuk membidik pasar-pasar yang
dipilih sebagai targe dengan menetapkan posisi terbaik bagi produk yang
ditawarkannya. Menetapkan posisi berarti menemukan cara menanamkan produk dalam
ingatan pembeli potensial dipasar target dengan merancang bauran pemasaran
secara tepat.
b) Menetapkan Sasaran Global
Segmentasi merupakan proses yang dipergunakan oleh pemasar untuk
mengelompokkan konsumen yang mempunyai keinginan & kebutuhan yang sama.
Menetapkan sasaran adalah : tindakan mengevaluasi & membandingkan
kelompok yang diidentifikasi & kemudian memilih satu atau beberapa
diantaranya sebagai calon dengan potensi paling besar.
Kriteria untuk menentukan target :
·
Besar segmen yang ada & potensi pertumbuhan
·
Persaingan potensial
·
Kecocokan & kelayakan.
Memilih strategi pasar sasaran global :
·
Pemasaran global yang tidak membeda-bedakan.
Serupa dengan
pemasaran missal dalam satu Negara, pendek kata, serupa dengan melibatkan
penciptaan bauran pemasaran yang sama.
·
Pemasaran global terkonsentrasi.
Menyiapkan bauran
pemasaran untuk membidik segmen tunggal di pasar global.
·
Pemasaran global yang membeda- bedakan.
Strategi ini mencakup
sasaran dua atau lebih segmen pasar yang berbeda dengan berbagai penawaran
bauran pemasaran.
c) Menentukan Posisi Produk di Pasar
Global
Pemasaran menentukan posisi yaitu suatu proses yang dipakai oleh perusahaan
untuk menetapkan suatu citra dibenak konsumen relative, terhadap citra produk
yang ditawarkan oleh pesaing.
Menentukan posisi teknologi tinggi (Hi-tech Positioning). Komputer pribadi
, video & peralatan stereo, serta mobil merupakan contoh kategori produk
dengan menentukan posisi teknologi tinggi terbukti efektif. Produk seperti ini
sering kali dibeli atas dasar sifat –sifat produk yang konkret walaupun citra
mungkin juga penting. Pembeli biasanya sudah mempunyai atau berkeinginan
memperoleh informasi teknis yang cukup banyak. Dibagi 3 :
1) Produk teknis : computer, bahan
kimia. Contoh produk yang pembelinya mempunyai kebutuhan tertentu, perlu banyak
informasi serta mempunyai bahasa yang sama. Mis : pembeli computer di Eropa
& Amerika mempunyai pengetahuan yang setara mengenai mikroprosesor 486,
hard dis 80 mega, 8 mega RAM.
2) Produk untuk peminat khusus. Produk
ini tidak terlalu teknis & lebih berorientasi pada waktu luang atau
rekreasi, mempunyai karakteristik pengalaman yang serupa & keterlibatan
pengguna yang tinggi. Bahasa yang sama & symbol yang berkaitan dengan
produk seperti itu dapat mengatasi hambatan bahasa & budaya. Peralatan olah
raga adidas, kamera Canon, contoh produk untuk peminat khusus yang sukses.
3) Produk yang dapat ditunjukkan
kegunaannya. Produk yang berbicara untuk dirinya sendiri dalam iklan sifat
& dan manfaatnya juga berjalan dengan baik. Kamera instan Polaroid
merupakan contoh produk global yang dapat ditunjukkan kegunaannya & amat
sukses.
Menentukan posisi sentuhan canggih (Hi-touch positioning). Kurang
memerlukan penekanan pada informasi khusus & lebih menekankan pada citra.
Pembeli produk sentuhan canggih juga mempunyai bahasa yang sama &
sekumpulan symbol yang berkaitan dengan tema kesejahteraan, materialism, &
romantisme . Ada 3 :
Ø Produk yang memecahkan
masalah umum.
Kategori ini menyediakan manfaat yang berkaitan dengan moment kecil
dalam kehidupan . Iklan yang menayangkan percakapan diantara teman di
kafe sambil minum secangkir kopi atau menghilangkan dahaga dengan
minuman ringan disiang hari ditepi pantai menempatkan produk dipusat
kehidupan sehari-hari & mengkomunikasikan manfaat yang ditawarkan
dengan cara yang dipahami diseluruh dunia.
Ø Produk desa global.
Wangi-wangian chanel, pakaian mode pendesain, air mineral & pizza
merupakan contoh baik dari produk yang mempunyai posisi alami kuat
diseluruh dunia. Dalam pasar globalproduk mungkin mempunyai daya
tarik global hanya berdasaarkan pada Negara pembuatnya. Ke-Amerika
an dari Levis, Marlboro, & Harley-Davidson. Sony merupakan nama
yang sinonim dengan mutu Jepang, Mercedes merupakan perwujudan
insinyur Jerman yang legendaries.
Ø Produk yang
menggunakan tema universal.
Beberapa tema iklan & daya tarik produk dipikirkan cukup mendasar
sehingga benar bersifat transnasional. Tema tambahan adalah
materialisme ( kunci untuk citra oang kaya & status ), kepahlawanan
(tema termasuk individu sederhana atau pengorbanan diri) bermain
(waktu luang / rekreasi) & prokreasi (citra masa pacaran &
romantisme).
Perlu dicatat bahwa beberapa produk
dapat diposisikan dengan lebih dari 1 cara. Misal : camera canggih dapat
diklasifikasikan à produk teknik & untuk peminat khusus. Produk lain
mungkin diposisikan dalam mode bi-polar artinya sebagai produk berteknoloogi
tinggi sekaligus sentuhan canggih.
d) Pemasaran di Negara Berkembang
Kekurangan akan barang & jasa merupakan masalah sentral dinegara-negara
berkembang & kebutuhan yang paling menekan adalah memperluas
produksi.Pemasaran adalah disiplin yang menjadi pedoman dalam proses
mengidentifikasi & memenuhi kebutuhan & keinginan masyarakat.
Sebelum memutuskan apakah akan memasuki suatau Negara berkembang, hal-hal
yang perlu dipertimbangkan :
1)
Carilah informasi lain disamping PNB per kapita. Angka per kapita mungkin
menyembunyikan adanya kelas menengah dalam jumlah besar dalam pasar tadi.
2)
Pertimbangan Negara-negara berkembang secara kolektif, bukan satu persatu.
3)
Ingat bahwa tidak semua Negara berkembang sama.
4)
Beri bobot antara manfaat & biaya kalau menjadi perusahaan pertama yang
menawarkan suatu produk atau jasa disebuh Negara berkembang.
5)
Tetapkan batas waktu realistic untuk melihat hasilnya. Karena perbedaan
hokum politik atau kekuatan sosial, berbagai peristiwa mungkin bergerak dengan
lambat.
2. Jelaskan dengan terperinci bagaimana menguasai teknik
pengambilan keputusan terkait dengan rantai pasok (supply chain) dan rantai
nilai (value chain).
Rantai Pasok (Suplly
Chain)
Manajemen Rantai Pasokan atau disebut Supply Chain
Management merupakan pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai bahan mentah
dari para supplier, ke kegiatan operasional di perusahaan, berlanjut ke
distribusi sampai kepada konsumen. Istilah supply chain management pertama kali
dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun 1982. Supply chain adalah
jaringan fisiknya, yakni perusahaan–perusahaan yang terlibat dalam memasok
bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir, supply
chain management adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya.
Dengan demikian, berdasarkan berbagai definisi supply chain management
sebagaimana telah disampaikan, dapat ditarik hal umum bahwa supply chain
management adalah semua kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi
dan uang di sepanjang supply chain. Lebih jauh cakupan supply chain
management akan meliputi hal-hal berikut:
Bagian
|
Cakupan kegiatan antara lain
|
Pengembangan produk
|
Melakukan riset pasar, merancang produk baru,
melibatkan supplier dalam perancangan produk baru
|
Pengadaan
|
Memilih supplier, mengavaluasi
kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen,
memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan
dengan supplier
|
Perencanaan & Pengendalian
|
Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas,
perancanaan produksi dan persediaan
|
Operasi / Produksi
|
Eksekusi produksi, pengendalian kualitas
|
Pengiriman / Distribusi
|
Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan
pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa
pengiriman, memonitor service level di tiap pusat distribusi
|
Sumber: I Nyoman Pujawan (2005)
Hal
penting yang menjadi dasar pemikiran pada konsep ini adalah focus pada
pengurangan kesia-siaan dan mengoptimalkan nilai pada rantai pasokan yang
berkaitan. Dengan demikian Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain
Management dapat didefinisikan sebagai pengelolaan berbagai kegiatan
dalam rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan transformasi
sehingga menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan
diteruskan dengan pengiriman kepada konsumen melalui sistim distribusi. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan mencakup pembelian secara tradisional dan berbagai kegiatan
penting lainnya yang berhubungan dengan supplier dan distributor. Supply Chain
Management meliputi penetapan:
·
Pengangkutan.
·
Pembayaran secara tunai atau kredit (proses transfer)
·
Supplier
·
Distributor dan pihak yang membantu transaksi seperti Bank
·
Hutang maupun piutang
·
Pergudangan
·
Pemenuhan pesanan
·
Informasi mengenai ramalan permintaan, produksi maupun pengendalian
persediaan.
Proses Supply Chain Management
Proses supply chain
management adalah proses saat produk masih berbahan mentah, produk setengah
jadi dan produk jadi diperoleh, diubah dan dijual melalui berbagai fasilitas
yang terhubung oleh rantai sepanjang arus produk dan material. Bila digambarkan
dalam bentuk bagan akan nampak sebagai berikut:
Sumber: I Nyoman Pujawan (2005)
Bagan di atas menunjukkan bahwa supply
chain management adalah koordinasi dari material, informasi dan arus keuangan
diantara perusahaan yang berpartisipasi.
·
Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen
melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur
ulang dan pembuangan
·
Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan
status pesanan
·
Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal
pembayaran, penetapan kepemilikan dan pengiriman
Salah satu faktor kunci
untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi yang
bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut,
dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan
maksimal pada para pelanggan (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Dengan
tercapainya koordinasi dari rantai supply perusahaan, maka tiap channel dari
rantai supply perusahaan tidak akan mengalami kekurangan barang juga tidak
kelebihan barang terlalu banyak. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003) dalam
supply chain ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan
yang mempunyai kepentingan didalam arus barang, para pemain utama itu adalah :
1) Supplier
2) Manufacturer
3) Distributor
/ wholesaler
4) Retail
outlets
5) Customers
Proses mata rantai yang terjadi antar
pemain utama itu adalah sebagai berikut:
Chain 1: Supplier
Chain 1: Supplier
Jaringan yang bermula
dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata
rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk
bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku
cadang dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers. Dalam arti yang
murni, ini termasuk juga supplier’s suppliers atau sub-suppliers. Jumlah
supplier bisa banyak atau sedikit, tetapi supplier’s suppliers biasanya
berjumlah banyak sekali.
Chain 1 – 2: Supplier –
Manufacturer
Rantai pertama
dihubungkan dengan rantai yang kedua, yaitu manufacturer atau plants atau
assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat,
memfabrikasi, meng-assembling, merakit, mengkonversikan, atau pun menyelesaikan
barang (finishing). Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai
potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya inventories bahan baku, bahan
setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak suppliers, manufacturer dan
tempat transit merupakan target untuk penghematan ini. Tidak jarang penghematan
sebesar 40%-60%, bahkan lebih, dapat diperoleh dari inventory carrying cost di
mata rantai ini. Dengan menggunakan konsep supplier partnering misalnya,
penghematan tersebut dapat diperoleh.
Chain 1 – 2 – 3:
Supplier – Manufactures – Distributor
Barang sudah jadi yang
dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai disalurkan kepada pelanggan. Walaupun
tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang ke pelanggan, yang umum adalah
melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain.
Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau
wholesaler atau pedagang dalam jumlah yang besar, dan pada waktunya nanti
pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailer atau
pengecer.
Chain 1 – 2 – 3 – 4:
Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet
Pedagang besar biasanya
mempunyai fasilitas gedung sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain.
Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan ke pihak
pengecer. Sekali lagi disini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam
bentuk jumlah inventories dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain
kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufacturer maupun ke
toko pengecer (retail outlet).
Chain 1 – 2 – 3 – 4 – 5: Supplier –
Manufacturer – Distributor – Retail Outlet – Customer
Dari rak-raknya, para
pengecer atau retailer ini menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan,
pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlet adalah toko,
warung, toko serba ada, pasar swayalan, atau koperasi dimana konsumen melakukan
pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan ini adalah mata rantai
terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang
mendatangi retail outlet) ke real customer dan real user, karena pembeli belum
tentu pengguna akhir. Mata rantai supply baru benar-benar berhenti setelah
barang yang bersangkutan tiba di real customers dan real user.
Supply Chain Economics
Pedagang besar maupun
eceran membeli semua yang akan dijual, tetapi tidak demikian halnya untuk
perusahaan manufaktur, karena banyak input yang diperlukan perusahaan untuk
menghasilkan output. Oleh karena itu agar operasional berjalan secara efektif
dan efisien maka adakalanya dihadapkan pada keputusan untuk membuat atau
membeli serta konsep Outsourcing
1) Keputusan
Membuat atau Membeli
Adapun berbagai
pertimbangan yang ada dalam keputusan tersebut diantaranya dijabarkan
pada tabel berikut:
Alasan Membuat
|
Alasan Membeli
|
|
1
|
Biaya produksi yang lebih rendah
|
Biaya perolehan lebih rendah
|
2
|
Pemasok kurang cocok.
|
Menjaga komitmen pemasok
|
3
|
Memastikan pemasok yang memadai dan manajemen
|
Mendapatkan keahlian tehnis
|
4
|
Pemanfaatan tenaga kerja berlebih
|
Kapasitas tidak memadai
|
5
|
Memperoleh kualitas yang diinginkan
|
Mengurangi biaya persediaan
|
6
|
Menghilangkan kolusi pemasok
|
Memastikan ada sumber daya alternatif
|
7
|
Memperoleh item yang unik
|
Kapasitas di perusahaan tidak mendukung
|
8
|
Mempertahankan bakat yang ada
|
Pertukaran informasi
|
9
|
Menjaga rancangan dan kualitas yang memadai
|
Item terlindungi karena hak paten
|
10
|
Mempertahankan dan meningkatkan ukuran
perusahaan
|
Membebaskan manajemen menangani bisnis utama
|
Sumber : Heizer (2004; 417)
Hal-hal tersebut di atas
dalam konsep pengambilan keputusan taktis yang dikemukakan oleh Hansen Mowel
menjadi bagian dari tahap pertimbangan kualitatif dalam pengambilan keputusan
taktis.
2) Outsourcing
Adalah memindahkan
aktifitas perusahaan yang dimiliki dalam konsep tradisional kepada supplier
eksternal. Outsourcing merupakan tren yang kontinyu yang mengarah pada
efisiensi melalui konsep spesialisasi sehingga perusahaan dapat berkonsentrasi
pada core competencies yang dimiliki. Dengan outsourcing tidak ada tangible
product dan transfer. Perusahaan kontraktor biasanya menyediakan sumber
daya yang dibutuhkan untuk menyempurnakan aktifitasnya. Sumber daya ditransfer
ke perusahaan pemasok yang meliputi: fasilitas, orang dan peralatan. Pada saat
sekarang, banyak perusahaan melakukan outsourcing berbagai keperluan
diantaranya: teknologi informasi, pekerjaan akuntansi, fungsi hokum dan juga
produk-produk perakitan. Sebaliknya banyak perusahaan yang bergerak dibidang
Teknologi informasi maupun Prosesing data menyediakan outsourcing bagi berbagai
jenis perusahaan yang memerlukannya.
Rantai Nilai (Value Chain).
Sebuah rantai nilai
adalah rangkaian kegiatan untuk operasi perusahaan dalam industri yang
spesifik. Unit bisnis adalah tingkat yang sesuai untuk pembangunan rantai
nilai, bukan tingkat divisi atau tingkat korporasi. Produk melewati semua
rantai kegiatan dalam rangka, dan pada setiap aktivitas nilai keuntungan
beberapa produk. Rantai kegiatan memberikan produk-produk nilai tambah dari
jumlah nilai tambah dari semua kegiatan. Hal ini penting untuk tidak mencampur
konsep rantai nilai dengan biaya yang terjadi di seluruh kegiatan.
Rantai nilai
mengkategorikan aktivitas umum nilai tambah dari sebuah organisasi. Kegiatan
utama mencakup: logistik masuk, operasi (produksi), logistik keluar, pemasaran,
dan penjualan (permintaan), dan jasa (pemeliharaan). Kegiatan dukungan
meliputi: manajemen infrastruktur administratif, manajemen sumber daya manusia,
teknologi (R & D), dan pengadaan. Biaya dan value drivers diidentifikasi
untuk setiap aktivitas nilai.
Analisis Rantai Nilai ,
Pengertian Rantai Nilai dan Strategi Marketing, terdiri dari aktivitas nilai
dan marjin. Aktivitas nilai merupakan aktivitas nyata secara fisik dan
teknologi yang dilakukan perusahaan. Yaitu dengan membangun blok dimana
perusahaan menciptakan sebuah produk yang berharga bagi pembelinya. Marjin
merupakan selisih antara nilai total dan biaya kolektif yang dilakukan dari
aktivitas nilai. Marjin dapat diukur dalam berbagai cara. Saluran emasok dan
rantai nilai juga mencakup marjin yang penting untuk dipisahkan dalam memahami
sumber posisi biaya perusahaan, karena saluran pemasok dan marjin merupakan
bagian dari total biaya yang ditanggung pembeli.
Rantai nilai (value
chain) adalah pola yang digunakan perusahaan untuk memahami posisi biayanya dan
untuk mengidentifikasi cara-cara yang dapat digunakan untuk memfasilitasi
implementasi dari strategi tingkat-bisnisnya. Rantai nilai menunjukkan
bagaimana sebuah produk bergerak dari tahap bahan baku ke pelanggan
akhir. Rantai nilai menggambarkan berbagai kegiatan yang diperlukan
untuk membawa produk atau jasa dari konsepsi, melalui berbagai tahapan produksi
(melibatkan kombinasi transformasi fisik dan masukan dari berbagai produsen
jasa), pengiriman pada konsumen akhir, dan pembuangan akhir setelah digunakan.
Model rantai nilai
merupakan alat analisis yang berguna untuk mendefinisikan kompetensi inti
perusahaan di mana perusahaan dapat mengejar keunggulan kompetitif sebagai
berikut: Keunggulan Biaya: dengan lebih baik memahami biaya dan menekannya
keluar dariaktivitas penambahan nilai. Differensiasi: dengan
berfokus pada aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kompetensi inti dan
kemampuan untuk melakukannya lebih baik daripada pesaing.
Aktivitas nilai dapat
dicabangkan menjadi dua tipe yang luas, aktivitas primer dan aktivitas
pendukung. Aktivitas primer meliputi penciptaan fisik produk dan penjualannya
dan perpindahan kepada pembeli serta bantuan pasca penjualan. Aktivitas pendukung
mendukung aktivitas primer dan satu sama lain dengan memberikan input
pembelian, teknologi, sumber daya manusia, dan fungsi berbagai perusahaan
secara luas. Analisis rantai nilai memperlihatkan organisasi sebagai sebuah
proses yang berkelanjutan dalam kegiatan penciptaan nilai. Analisis dilakukan
dengan cara mempelajari potensi penciptaan nilai. Porter membagi
aktivitas-aktivitas kedalam dua kategori.
Pertama adalah primary
activities (aktivitas primer), yaitu aktivitas yang berkaitan dengan penciptaan
fisik produk, penjualan dan distribusinya ke para pembeli, dan layanan setelah
penjualan. Aktivitas ini terdiri dari inbound logistics (logistik ke dalam),
operations (kegiatan operasi), outbound logistics (logistik ke luar), marketing
and sales (pemasaran dan penjualan), servis (pelayanan). Kedua adalah support
activities (aktivitas pendukung), yaitu aktivitas yang menyediakan dukungan
yang diperlukan bagi berlangsungnya aktivitas primer. Aktivitas ini terdiri
dari procurement (pembelian/pengadaan), technology development (pengembangan
teknologi), human resource management (manajemen sumber daya manusia) dan firm
infrastructure (infrastruktur perusahaan)
Referensi :